Ini pertama kalinya aku balapan motor bersama makhluk astral.
Malam itu, aku mengikuti sebuah pemutaran film yang diselenggarakan oleh suatu organisasi kemahasiswaan. Aku begitu terlarut dalam jalan cerita film sampai tak menyadari bahwa malam semakin larut. Setelah film itu berakhir, aku melirik jam tanganku untuk memastikan bahwa aku belum melewati jam malam.
Jam tanganku menunjukkan pukul 22.49. Hampir 10 menit lagi, gerbang kosku akan dikunci! Tanpa berpamitan dengan teman-temanku, aku berlari meninggalkan ruangan menuju tempat parkir, di mana motorku telah menunggu, siap membawaku pulang.
Singkat cerita, aku menempuh perjalanan kembali ke kos melalui “jalur tikus” agar lebih cepat sampai. Aku melewati jalan-jalan kecil di tengah perumahan lawas dan tanah kosong. Berbeda dengan jalan utama, jalan ini sepi pengguna. Malam itu saja, di jalanan yang krisis penerangan ini hanya ada aku seorang diri. Setidaknya, sejauh mataku memandang, sepertinya hanya aku pengendara motor yang tengah melewati jalan tersebut saat itu…
Sampai satu kilometer kemudian, ketika sebuah motor melaju di belakangku.
Awalnya aku merasa lega, karena akhirnya ada kendaraan lain yang menemaniku melintasi jalan ini. Aku mempersilakan pengendara motor tersebut mendahuluiku sebagai tanda terima kasih. Lampu depan motorku menyorot punggung pengendara motor tersebut, menampilkan semburat hijau muda dan putihnya tulisan merek ojek online. Aku mengedip-kedipkan mata karena silau… dan mengutuk diriku sendiri tak lama setelahnya.
Di depanku, tepatnya di jok belakang motor di depanku, sesosok makhluk berbungkus putih kusam duduk dalam posisi menyamping. Awalnya, aku tak mempercayai bahwa apa yang kulihat itu merupakan makhluk astral. Aku pikir, mungkin itu seorang perempuan bermukena yang baru saja pulang dari salat Isya di masjid bersama suaminya. Sialnya, otakku mengingatkan bahwa salat Isya berjamaah telah selesai lebih dari 3 jam yang lalu. Sambil membaca-baca sekian banyak doa yang kutahu, aku mempercepat laju motor, berusaha untuk mendahului ojek “berpenumpang gelap” tersebut. Aku memfokuskan visi ke jalan agar tidak bertatap muka dengan… apapun yang menumpangi ojek online itu.
Setelah mengendarai motor dengan tangan berkeringat dingin, mulut yang komat-kamit menyebut nama-Nya, dan segenggam keberanian di dalam hati, akhirnya aku berhasil mendahului ojek online tersebut dengan lancar. Akan tetapi, konsentrasiku terpecahkan oleh suara yang begitu jelas terdengar di telingaku.
“Jangan lihat kaca spion,” sahut suara itu.
Secepat kilat, penglihatanku menghitam.
#Challenge30HariSAPE_Hari6
ditulis di tengah kelamnya malam
dengan suasana hati yang kian muram
karena kekalahan Minions,
teringat lima menit terakhir di Avengers: Infinity War,
dan tugas-tugas pengganti UAS yang kian menumpuk.
Leave a Reply