“Selamat pagi, Cerminku!” Ratu menyibak tirai emas yang menutupi cermin, membiarkan kaca setinggi 2 meter itu merefleksikan bayangan dirinya.
“Selamat Pagi, Yang Mulia. Hari yang cerah, bukan?” sapa si Cermin.
Ratu tersenyum kepada bayangan dirinya. “Secerah refleksi diriku yang kau pantulkan,” ujar Ratu sambil menguncir rambut ikalnya. “Ya, kan?”
“Omong-omong, kau terdengar riang, Yang Mulia. Apa gerangan yang membuat kau merasa bahagia?”
Ratu tertawa pelan, lalu mengambil sebotol alas bedak berwarna porselen dari meja rias. “Aku sudah berhasil menurunkan berat badanku, Cermin! Kini aku sudah semakin cantik seperti yang kau katakan,” Ratu mengaplikasikan alas bedak di atas pipinya, membiarkan pigmen persik itu menyembunyikan rona sawo matang wajahnya. “Sekarang, aku ingin tanya lagi. Cermin, cermin di dinding… siapakah wanita tercantik di dunia?”
Cermin bergumam sesaat. “Wahai Ratu, wanita tercantik di dunia saat ini ialah… Putri Salju.” Refleksi cermin menampilkan potret Putri Salju yang sedang tersenyum. Rambut hitam bak arang membingkai wajah tirusnya. Bulu mata lentik mempercantik kedua matanya. Pipi yang merona merah jambu dan bibir tebal semerah batu rubi melengkapi pesona gadis yang kulitnya nyaris seputih salju tersebut.
Senyum sang Ratu berubah kecut. “Masih dia?” Ratu nyaris menjatuhkan beauty blender di tangannya. “Apa lagi yang harus kuperbuat, Cerminku?”
“Sadarlah, Yang Mulia. Sampai kapan pun, kau tak akan pernah bisa lebih cantik dari Putri Salju.”
Ratu tercengang. “Mengapa? Tentu saja aku bisa! Aku sudah jadi lebih kurus sekarang,” ia berkacak pinggang, merapatkan gaun tidurnya yang semakin longgar seiring dengan turunnya berat badan Ratu. “Aku sudah menata rambutku. Aku sudah pakai krim pencerah wajah setiap malam. Alas bedakku pun sama warnanya dengan yang dipakai Putri Salju. Sekarang aku tinggal memakai lipstik merah, setelah itu kami akan tampak seperti saudara kembar,” Ratu meratakan alas bedak di wajahnya, lalu mengaplikasikan concealer yang setingkat lebih terang dari warna alas bedaknya.
Mendengar pengakuan pemiliknya, Cermin hanya tertawa terbahak-bahak.
Ratu mengernyitkan alisnya. “Apa yang lucu, Cermin?” ucapnya sembari menyapukan gincu merah marun pada bibirnya.
“Kebodohanmu, Yang Mulia,” Cermin menekankan intonasinya pada kata ‘mulia’ seolah itu hinaan. “Kau begitu terobsesi pada kecantikan Putri Salju, sampai kau lupa bahwa dirimu tetaplah jelek.”
Ratu menggigit bawah bibirnya. “Apa kau bilang-”
“Putri Salju tak memerlukan segala usaha yang kau lakukan untuk menjadi cantik, karena dia telah cantik sejak lahir,” pantulan Cermin terdistorsi, perlahan pantulan sang Ratu berubah menjadi siluet hitam tanpa mata dan hidung – hanya ada mulut yang bergerak menirukan ucapan Cermin. “Sedangkan kau? Kulitmu tidak putih seperti miliknya. Rambutmu tidak berombak seperti rambutnya. Pipimu tidak tirus seperti pipinya. Tubuhmu tidak langsing seperti tubuhnya. Sudah kukatakan, sampai kapan pun, kau akan selalu jelek di mata-”
“HENTIKAN!” Ratu melempar gincu ke pantulan Cermin, meretakkan sebagian kecil permukaannya. Namun, siluet hitam di dalamnya masih ada. Siluet itu menyeringai, menunjukkan taring-taringnya yang tajam.
“KAMU JELEK! KAMU JELEK! KAMU JELEK!”
Ratu semakin panik. Dia berlari mengelilingi kamarnya dengan gusar, kedua telinga ditutupi agar tak mendengar cemoohan Cermin. Lalu, dia mengambil sisir dan melemparnya ke Cermin sekeras mungkin. Retakan di permukaannya semakin lebar.
“TIDAK ADA PANGERAN YANG SUDI MELAMAR PEREMPUAN JELEK SEPERTIMU!”
“DIAM!!!” Ratu terpeleset ujung gaun dan terjerembab ke lantai. “Sial!” jerit Ratu diikuti tangisan.
Bukannya berhenti, seruan Cermin semakin menjadi-jadi.
Ratu meringkuk dalam ratapannya sembari menutup erat kedua telinganya. Meskipun tangannya menutupi kedua telinga, teriakan Cermin tetap terngiang di kepalanya, menembus pikirannya.
“TIDAK ADA PANGERAN YANG-”
“STOP!!!”
“SUDI MELAMAR-”
“STOP!!!”
“PEREMPUAN JELEK SEPERTIMU!!!”
Ratu memekik sampai tenggorokannya perih.
#Challenge30HariSAPE_Hari18